top of page
Nur Ramadhani

Teori Kekuasaan Machiavelli: Saat Moralitas Dikesampingkan dalam Politik



Heboh Hasil Pemilihan Presiden 2024


Akhir-akhir ini Indonesia dihebohkan atas kemenangan pasangan calon (paslon) nomor dua, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka dalam pemilihan presiden tahun 2024. Proses kemenangan yang dinilai janggal segera memicu gelombang protes dari berbagai pihak terutama paslon lain yang menggugatnya pada Mahkamah Konstitusi. Berbagai kejanggalan, seakan merefleksikan pola-pola mempertahankan kekuasaan di masa lalu. Pola-pola yang diyakini terinspirasi secara tidak langsung dari tinjauan seorang politikus Italia bernhama Niccolo Machiavelli sejak 5 abad yang lalu.


Mengenal Machiavelli


Niccolo Machiavelli lahir di Firenze, Italia pada 1469. Ia dikenal sebagai tokoh politik dan filsafat era Renaisans. Karir politik Machiavelli terbilang bagus, disamping menjadi diplomat, Ia juga merupakan penasehat bagi seorang penguasa di Italia. Karir politiknya mulai mengalami kehancuran ketika Keluarga Medici datang sebagai penguasa baru di Firenze. Ia kemudian dimusuhi dan sempat dijebloskan ke dalam penjara selama setahun. Sejak saat itu, Machiavelli sibuk untuk mengamati seluruh pengalamannya dalam dunia politik dan pemerintahan. Hasil pengamatannya kemudian Ia tuangkan dalam bentuk gagasan-gagasan yang Ia tulis sehingga menghasilkan beberapa karya monumental salah satunya adalah Il Principe (Sang Pangeran) yang terbit pada 1532.


Segala Cara dalam Mempertahankan Kekuasaan


Melalui Il Principe, Machiavelli dikenal atas pemikirannya mengenai konsep kekuasaan politik. Menurutnya, kekuasaan dari pemimpin yang sah adalah sumber keabsahan dari setiap kebijakan suatu pemerintahan. Kekuasaan bersifat independen dan terbebas dari segala bentuk subjektivitas moral, semata-mata berperan untuk memenuhi kepentingan negara atau umum. Secara sederhana, kekuasaan hanya dapat dipandang melalui moralitas politik, bukan moralitas personal. Hal ini menjadi pembeda antara konsep politik abad pertengahan yang penuh ajaran etika, moral dan agama dengan politik modern yang bersifat rasional dan realistis.


Menurut Machiavelli, tujuan berpolitik para penguasa adalah mempertahankan kekuasaan dengan segala cara. Ia lebih menghendaki untuk menjadi penguasa yang ditakuti dibanding dicintai. Pasalnya perasaan cinta mudah hancur, sedangkan menjadi sosok yang ditakuti lebih berpeluang dalam mempertahankan kekuasaan dan menciptakan kehidupan bernegara yang kondusif, dan aman sekalipun cara yang digunakan tidak bermoral.


Dua Jenis Motif Kekuasaan, Penentu Nasib Seorang Penguasa


Machiavelli menyebut ada dua jenis motif yang mendasari seseorang dapat menjadi penguasa dan bagaimana hal tersebut menentukan nasib kekuasaan mereka, yaitu:


  • Kekuasaan dengan motif kejahatan. Individu yang tak segan menggunakan cara-cara licik dan berlawanan dengan nilai-nilai kebaikan dan kehormatan diri sendiri demi sebuah kekuasaan. Walaupun kekuasaan dapat dicapai dan tak tergoyahkan, namun motif ini pada akhirnya membiarkan penguasa berkuasa dengan tidak terhormat dan menimbulkan citra negatif penguasa di antara bawahan dan rakyatnya.


  • Kekuasaan konstitusi. Individu yang memperoleh kekuasaan berkat kecerdasannya dalam menarik suara rakyat atau bangsawan. Eksistensi keduanya sangat menentukan langkah penguasa selanjutnya. Kekuasaan yang didukung oleh bangsawan menciptakan penguasa boneka yang cenderung tidak memiliki pendirian, bermuka dua, dan dikontrol oleh kepentingan bangsawan. Sedangkan kekuasaan yang didukung oleh rakyat, menuntut penguasa untuk membangun hubungan harmonis dengan rakyat dan menjamin mereka dari segala bentuk penindasan. Dengan begitu, rakyat akan setia dan lebih mudah dikendalikan.


Orde Baru, Gambaran Praktek Kekuasaan Machiavelli di Indonesia


Pola-pola mengenai praktek kekuasaan Machiavelli di Indonesia sebenarnya sudah terlihat sejak dulu. Orde Baru diyakini dapat menggambarkan bagaimana kekuasaan ala Machiavelli dijalankan dalam dinamika perpolitikan nasional. Pola-pola itu seakan hadir melalui berbagai kebijakan rezim seperti pengadaan sentralisasi melalui dominasi militer, konsolidasi terhadap instansi pemerintah, pers dan perpolitikan negara, penekanan angka kriminalitas, investasi asing dan beberapa kebijakan lainnya. Walaupun sebagian kebijakan dinilai gagal dan berujung pada ‘masa krisis’. Namun tak sedikit dari kebijakan tersebut juga membuahkan hasil positif sekalipun dinilai telah melanggar moralitas.


Eksistensi ‘Machiavelli’ dalam Demokrasi Nasional Masa Kini


Meninjau realita politik yang terjadi beberapa tahun terakhir, praktek kekuasaan ala Machiavelli masih terus terjadi melalui praktek penyimpangan seperti politik uang, politik identitas, kampanye gelap, dan penggunaan buzzer. Perkembangan teknologi menyebabkan masifnya penerapan praktek tersebut. Sebagaimana kontroversi selama pemilihan presiden 2024 yang diduga oleh publik sebagai realisasi praktek kekuasaan Machiavelli oleh penguasa. Banyak masyarakat yang menilai rezim telah menodai demokrasi, namun tak sedikit pula yang menilai rezim tengah berusaha melanjutkan pembangunan, dan menghancurkan dominasi di perpolitikan nasional. Semua itu kembali pada tujuan menciptakan stabilitas negara baik secara politik, ekonomi dan sosial.


Walaupun identik sebagai konsep yang amoral, kotor dan jahat. Kenyataannya, pemikiran Machiavelli mengenai kekuasaan selalu mendapat tempatnya sendiri di politik Indonesia. Kita bisa menerka, dan beropini mengenai eksistensinya sampai periode kekuasaan berakhir dan mempertanyakan apakah berhasil atau justru menyengsarakan rakyat?


 

Referensi:


  • Jelahut, F., E. (2017). Politik Tanpa Moralitas Menurut Niccolo Machiavelli. Skripsi pada Fakultas Filsafat Universitas Katolik Widya Mandira Kupang. Retrieved from: http://repository.unwira.ac.id/3103/


  • Oktaviani, J. dan Pramadya, T., P. (2019). Model Negara Kekuasaan: Orde Baru dalam Tinjauan Pemikiran Hobbes dan Niccolo Machiavelli. Indonesian Perspective, 4(2), 175-190. Retrieved from: https://doi.org/10.14710/ip.v4i2.26701






  • Syarofuzzaman, A., F. dan Al-Hamid, A. (2024). Dinamika Stabilitas Politik di Indonesia Ditinjau dari Pemikiran Politik Kekuasaan Nicholas Machiavelli. Politeia: Jurnal Ilmu Politik, 16(1), 22-29. Retrieved from: https://doi.org/10.32734/politeia.v16i1.11833

3 views0 comments

Comments


Submit Tulisanmu

Kirimkan tulisan Anda dan jadilah bagian dari komunitas kami yang berkontribusi dalam berbagai topik menarik yang kami sajikan kepada pembaca setia kami.

bottom of page