Keraguan Atas Wacana Pembangunan Food Estate Tahun Ini
Pemerintah Indonesia pada April lalu telah menjalin kesepakatan dengan China dalam mengembangkan kawasan food estate di Kalimantan Tengah. Menurut Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan bahwa proyek tersebut dilakukan demi tercapainya swasembada beras.
Walaupun terdengar meyakinkan, banyak yang meragukan proyek ini akan berhasil. Pasalnya, pembangunan food estate di Indonesia sudah ada sejak periode orde baru, namun nyatanya tak ada satupun yang mencapai kesuksesan. Justru food estate lebih banyak menimbulkan masalah bagi rakyat dibandingkan menjadi pemecah masalah sebagaimana yang diharapkan.
Kejahatan Pemerintah di Balik Food Estate!
Konsep food estate bertujuan untuk menjamin ketahanan pangan suatu negara dalam jangka waktu yang panjang. Konsep ini telah dilaksanakan pada tiga periode presiden yang berbeda di Indonesia. Luas lahan yang digunakan juga mencapai puluhan ribu hingga jutaan hektar.
Namun dibalik itu, pemerintah cenderung bertindak semena-mena dalam proses pelaksanaannya. Mereka tak segan merampas tanah penduduk, merusak alam, dan mencabut pendapatan produsen pangan lokal. Saat menghadapi kegagalan, ironisnya pemerintah hanya terkesan menghindar dan menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak serius.
Akibatnya, nasib penduduk dan kondisi lingkungan di kawasan bekas food estate menjadi terancam karena berbagai macam masalah yang timbul sampai saat ini seperti masalah lingkungan, kesehatan, konflik tanah, punahnya fauna asli, bencana alam, hingga masalah sosial dan ekonomi.
Hanya Sebatas Bisnis Kapitalis!
Bukannya berbenah atau bertanggung jawab atas masalah-masalah yang telah ditimbulkan. Pemerintah justru ingin melaksanakan kembali proyek ini seperti tidak ada lagi opsi yang lebih meyakinkan dan mampu dijalankan selain food estate. Hal ini lantas memicu spekulasi penulis bahwa food estate di mata pemerintah bukan lagi sebuah konsep serius untuk menjamin masa depan rakyat melainkan sebuah alat bisnis kapitalis yang menghubungkan antara pemerintah dan para pemodal.
Dengan begitu, bagi pemerintah persoalan ini bukan lagi mengenai sukses atau tidaknya proyek food estate melainkan seberapa efektifnya rencana ini dalam mengambil simpati publik sesaat hingga bermuara pada seberapa banyak keuntungan yang diperoleh berbagai oknum di pemerintahan dari hasil kerjasamanya dengan para pemodal dalam mengeksploitasi para penduduk lokal dan alam Indonesia.
Cina Lagi Cina Lagi!
Selain karena buruknya tindakan dan sikap pemerintah. Keterlibatan mitra juga tidak boleh diabaikan dalam berkontribusi terhadap dampak yang ditimbulkan dari proyek ini kedepannya. Cina adalah mitra yang dipilih Indonesia dalam proyek food estate kali ini. Meninjau sikap pemerintah yang percaya diri menggantungkan nasib proyek pada teknologi negara asing tentu semakin menimbulkan kekhawatiran. Kehadiran Cina dianggap sebagai mitra yang mengkhawatirkan karena track recordnya dalam berbagai proyek pemerintah kebelakang.
Menggandeng Cina bukanlah hal yang tepat, mengingat Cina sejak dulu gencar untuk menggunakan lahan-lahan pertanian di beberapa negara berkembang demi mencapai ambisinya sebagai lumbung pangan dunia. Dikhawatirkan dengan sikap terbuka pemerintah, kemungkinan terburuknya akan membuka kesempatan Cina untuk lebih leluasa ‘menginvasi’ dan mengendalikan sektor pertanian nasional. Kehadiran Cina cepat atau lambat dimungkinkan akan menimbulkan masalah jangka panjang yang berimbas kembali pada rakyat.
Pesimis Akan Terulangnya Masalah
Food Estate pada dasarnya adalah konsep yang bagus bagi negara berkembang seperti Indonesia. Namun bercermin dari tindakan dan sikap pemerintahnya selama ini terhadap proyek serupa ditambah dengan kehadiran pihak asing, penulis cukup pesimis dan menilai bahwa terlepas dari sukses atau gagalnya proyek tersebut nantinya, tetap akan menimbulkan banyak masalah bagi rakyat dan alam Indonesia. Sehingga keputusan untuk melaksanakan kembali proyek food estate bagi penulis merupakan sesuatu yang tidak perlu.
Dibandingkan dengan menerapkan kembali proyek food estate, pemerintah sebaiknya berfokus untuk menyelesaikan berbagai masalah yang belum tuntas seperti halnya mengenai nasib para produsen pangan lokal seperti para petani yang kian waktu kian memprihatinkan.
Referensi:
Ariyo Wicaksono, R. (2024, January 31). KPA: Food Estate Langgar Konstitusi Agraria, Tak Layak Dilanjut. Betahita. Retrieved May 8, 2024 from https://betahita.id/news/detail/9825/kpa-food-estate-langgar-konstitusi-agraria-tak-layak-dilanjut.html?v=1706635059
Pandu, P. (2022, September 23). Kerusakan Ekologis Mengintai Pelaksanaan “Food Estate”. Kompas. Retrieved May 8, 2024 from https://www.kompas.id/baca/humaniora/2022/09/23/kerusakan-ekologis-mengintai-pelaksanaan-food-estate
Singgih, V. (2024, April 26). Indonesia-China Siapkan Proyek Satu Juta Hektare Sawah di Kalteng - Ulangi Kegagalan “Food Estate” Soeharto?. BBC News Indonesia. Retrieved May 7, 2024 from https://www.bbc.com/indonesia/articles/c88z08nq3p8o
Solekah, L. (2024, May 1). Proyek Sawah Cina, Digadang Sebagai Solusi Ketahanan Pangan Indonesia, Gak Bahaya Ta?. Nusantara News. Retrieved May 8, 2024 from https://www.nusantaranews.net/2024/05/proyek-sawah-cina-digadang-sebagai.html
Comments