top of page
Kania Indria Hadi

Mempertanyakan Seberapa “Green” Sebenarnya PT. Adaro Energy Indonesia Tbk?



Pada tanggal 12 Mei 2023 lalu, akun resmi Instagram Greenpeace Indonesia memposting video yang menunjukan aksi protes aktivis lingkungan di tengah-tengah pengadaan RUPS PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADARO). Aksi protes tersebut dilakukan dengan maksud menyuarakan penolakan pembangunan PLTU batubara baru di Kalimantan Utara karena dapat memperburuk krisis iklim di Indonesia.


Proyek Apa yang Sedang Direncanakan oleh PT Adaro?


PT Adaro berencana melakukan pembangunan Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbasis batubara baru di Kalimantan Utara guna menyuplai pembangunan smelter aluminium baru. Pada proyek tersebut, Adaro berencana membangun PLTU batubara dengan kapasitas sebesar 1.100 megawatt. Kapasitas tersebut jauh lebih besar dibandingkan dengan pembangkit listrik energi baru dan energi surya milik PT Adaro. Proyek PLTU di Kaltara ini disebut akan didedikasikan untuk menyediakan listrik ke satu fasilitas industri atau disebut sebagai PLTU captive.


Mengapa Adaro Diklaim Melakukan Greenwashing?


PT Adaro sebelumnya mengaku bahwa akan mengembangkan energi hijau dengan melakukan transisi energi dengan tema “Transforming into a bigger and greener Adaro”.Perencanaan Adaro yang sekarang lewat penggunaan batubara sebagai bahan baku utama pengolahan aluminium jelas-jelas sangat bertentangan dengan klaimnya yang mengaku akan melakukan transisi energi. Namun tudingan greenwashing tersebut dibantah oleh Presiden Direktur ADMR Christian Ariano Rachmat yang mengatakan bahwa, “Kami suatu hari mau buat yang namanya green aluminium, tapi butuh waktu untuk sampai sana, sampai hidro kami jadi. Tapi masa kita tunggu segitu lama kita impor terus?”.


Apa Dampak dari Pembangunan PLTU yang Direncanakan oleh Adaro ini?


Dampak dari pembangunan PLTU Adaro apabila direalisasikan sangat merugikan jika dilihat dari segi lingkungan. Secara PLTU tersebut dapat menghasilkan sebesar 5,2 juta ton emisi karbon tiap tahunnya. Padahal untuk mencapai target dalam menekan tingkat emisi dan kenaikan suhu bumi dibawah 1,5 derajat celcius, seluruh PLTU batubara baik yang sedang beroperasi maupun akan segera dibangun perlu segera dihentikan. Juru Kampanye Energi Greenpeace sendiri, yaitu Bondan Andriyanu mengatakan bahwa, “Pembangunan PLTU batubara baru hanya akan memperburuk dampak krisis iklim, mencemari lingkungan, merugikan masyarakat dan mencederai komitmen Indonesia dalam menurunkan emisi karbon dari sektor energi”.


Selain merugikan lingkungan, Adaro juga disebut menggusur hak hidup masyarakat yang menyebabkan banyak orang kehilangan tempat tinggal juga sumber penghidupan mereka. Laporan ini ditulis oleh BBC Indonesia dimana Adaro merupakan salah satu penanam modal PT Kayan Hydropower Nusantara yang berencana akan membangun PLTA di Kalimantan Utara yang menjadi penyebab 700 orang kehilangan tempat tinggal mereka karena dua desa di hulu Sungai Kayan tersebut akan digunakan sebagai bendungan proyek.


Krisis iklim merupakan persoalan yang perlu segera diatasi mengingat kenaikan suhu di Indonesia sudah mulai dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Proyek-proyek PLTU yang masih berjalan tidaklah membantu menyelesaikan persoalan tersebut terutama dengan emisi PLTU yang tidak hanya memperparah kenaikan suhu dunia tetapi juga menjadikan cuaca yang ekstrim, kenaikan air laut, kekeringan, sampai wabah penyakit. Untuk itu sudah seharusnya Adaro mendengarkan aspirasi-aspirasi dari para pemegang saham maupun masyarakat Indonesia untuk ikut andil dalam mencegah dampak krisis iklim yang sedang terjadi.


Menurut Teman Pengamat, mungkin tidak ya Indonesia beralih kepada energi terbarukan yang lebih ramah terhadap lingkungan? Yuk, sampaikan pendapatmu di kolom komentar!

 

Referensi:




1 view0 comments

Comments


Submit Tulisanmu

Kirimkan tulisan Anda dan jadilah bagian dari komunitas kami yang berkontribusi dalam berbagai topik menarik yang kami sajikan kepada pembaca setia kami.

bottom of page