top of page
Rizal

4 Penyebab Terjadinya Kerusuhan di Prancis



Beberapa waktu yang lalu, Prancis telah diguncang kerusuhan setelah seorang pemuda keturunan Afrika Utara, bernama Nahel tewas ditembak oleh polisi ketika diberhentikan kendaraannya di Nanterre, Prancis. Dalam video yang menunjukan peristiwa tersebut, terdapat anggota kepolisian yang menodongkan pistolnya kepada korban dan melepaskan sebuah tembakan ketika mobil korban beranjak pergi.


Anggota kepolisian yang melepaskan tembakan menyampaikan bahwa hal tersebut dilakukannya untuk menghentikan korban yang berusaha pergi meninggalkan lokasi dan mencegah korban untuk melukai anggota kepolisian yang tengah bertugas saat itu.


Menindaklanjuti peristiwa tersebut, pada tanggal 29 Juni 2023, polisi pelaku penembakan telah dituntut atas pembunuhan sukarela. Keputusan tersebut menimbulkan respons yang beragam, termasuk penolakan atas tuntutan yang diberikan. Bahkan, hingga saat ini, terdapat penggalangan dana untuk mendukung polisi pelaku penembakan dan telah terkumpul 1,7 juta USD, serta terdapat beberapa serikat pekerja kepolisian yang menyuarakan dukungan mereka.


Penembakan Remaja sebagai Akar Kerusuhan di Prancis


Sebagai protes atas penembakan Nahel, warga di daerah Nanterre mulai melakukan aksi demonstrasi yang berujung terjadinya bentrokan dengan kepolisian pada 28 Juni 2023 serta perusakan beberapa fasilitas umum dan pembakaran mobil.


Kerusuhan yang terjadi hampir seminggu ini telah mengakibatkan penahanan setidaknya 1.300 orang,pengerahan 45.000 anggota kepolisian, pembakaran 1.350 kendaraan dan 234 bangunan, serta terjadinya 2.560 insiden kebakaran di ruang publik. Selain di Nanterre, penjarahan dan kerusuhan juga telah meluas ke kota-kota lain di Prancis, termasuk Lyon, Strasbourg, dan Marseille.


Rasisme dan Kegagalan Kinerja Pemerintah Menjadi Pemantik Meluasnya Kerusuhan


Peristiwa penembakan Nahel dan kerusuhan yang mengikutinya dinilai dipengaruhi oleh rasisme sistematis yang terjadi di dalam kepolisian Prancis. Sebuah studi yang dilakukan inspektorat hak asasi manusia Prancis, melaporkan bahwa pemuda keturunan Arab berisiko 20 kali lebih tinggi dihentikan kepolisian.


Pada saat yang sama, kerusuhan yang terjadi belakangan ini juga dipandang sebagai dampak dari kegagalan pemerintah Prancis untuk mengentaskan kemiskinan dan minimnya infrastruktur publik di daerah-daerah tersebut. Alhasil, berdampak pada rendahnya tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintah sehingga memicu semakin meluapnya kerusuhan.


Media Dituding sebagai Dalang Pecahnya Kerusuhan


Selang beberapa hari pasca penembakan, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan bahwa platform media sosial berperan aktif dalam memperluas kerusuhan yang terjadi di Perancis, melalui penyebaran konten yang mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dalam kerusuhan tersebut.


Bahkan, Presiden Macron dan Menteri Kehakiman Prancis, Eric Dupond-Moretti, telah mengatakan bahwa jalur hukum akan ditempuh untuk menindak para pengguna media sosial yang mendorong kerusuhan dan membuka kemungkinan pembatasan penggunaan beberapa platform media sosial.


Menanggapi kerusuhan yang terjadi, anggota keluarga Nahel angkat bicara dan menegaskan bahwa mereka tidak ingin kematian Nahel dijadikan alasan untuk melakukan penjarahan dan menyerukan warga untuk berhenti melakukan kerusuhan.


Hingga akhirnya, pada tanggal 2 Juli 2023, kerusuhan yang terjadi di Prancis mulai mereda, meskipun banyak anggota kepolisian tetap berjaga di berbagai jalanan kota Prancis.


Secara keseluruhan, peristiwa ini diperkirakan menimbulkan kerugian yang signifikan terhadap turisme, UMKM, pertokoan, dan fasilitas publik di Prancis yang mengalami kerusakan akibat kerusuhan yang terjadi.


 

Referensi:












1 view0 comments

Comments


Submit Tulisanmu

Kirimkan tulisan Anda dan jadilah bagian dari komunitas kami yang berkontribusi dalam berbagai topik menarik yang kami sajikan kepada pembaca setia kami.

bottom of page